messed up

cw // slight nsfw (kissing)


Begitu Atsumu membukakan pintu apartemennya, ia disambut oleh wajah riang Hinata. “Hai Tsum!” sapanya dengan energetik. “Ini aku bawain cemilan.”

“Eh iya… makasih,” Atsumu menerima pemberian chatime dari Hinata dengan tidak fokus.

Tapi Hinata tampak tidak menyadari perubahan sikap Atsumu, karena dengan semangat ia mengamati tiap sudut kamar Atsumu. “Ini pertama kali deh aku masuk kesini! Dulu-dulu kan cuma di lobby doang! Kamar kamu berantakan ih ternyata.”

Biasanya, sifat happy-go-lucky Hinata turut membangkitkan semangat Atsumu. Namun kali ini, dengan pikiran yang kalut akibat melihat foto sialan tadi, Atsumu setengah berharap Hinata mengurangi kehebohannya.

“Mau nonton apa nih kita?” lanjut Hinata. “Aku duduk di kasur kamu ya!”

“Iya duduk aja,” sahut Atsumu, kemudian berusaha memfokuskan pikirannya. Dia tidak akan membiarkan Sakusa out of all people merusak kesenangannnya hari ini. Karena Atsumu sudah mendapatkan apa yang dia inginkan sejak kecil, seorang soulmate. Dan ia bahagia sekarang. Tidak perlu memusingkan hal-hal yang tidak relevan. “Aku kepikiran nonton Money Heist sih… atau coba kamu liat-liat aja ada yang keliatannya menarik gak.”

Hinata manggut-manggut, mengamati laptop Atsumu sambil sesekali menyeruput chatime miliknya. Atsumu memandanginya dengan geli. Bagaimana pun, tidak bisa dipungkiri kalau Hinata sangat menggemaskan— you can’t help but to coo over him.

Tak lama, mereka pun memutuskan untuk menonton Money Heist, seperti pilihan awal. Untuk sesaat, perhatian keduanya terfokus pada film dan camilan yang tersedia. Di saat pergantian episode, kepala Hinata sudah bersandar di bahu Atsumu dan tangan Atsumu melingkar di bahu Hinata.

Namun, alih-alih menekan pilihan episode selanjutnya, Atsumu terdiam. Mendadak jantungnya berdebar dengan kencang.

Haruskah ia melakukannya?

Hinata juga tampak menyadari kalau suasana di ruangan itu mulai berubah. Dengan hati-hati, Atsumu memutar posisi duduknya hingga mereka berhadapan, mata memandang satu sama lain.

“Hinata, boleh gak…”

Atsumu merasa sangat canggung, mengingat terakhir kali ia melakukan hal ini terjadi begitu saja tanpa banyak perawalan. Ia menaruh tangannya di rahang Hinata dan saat Hinata mengangguk memberi persetujuan, ia mendekatkan wajahnya dan mencium soulmate-nya itu.

Tidak lama, Hinata yang tampaknya sudah berpengalaman merangsek naik ke atas paha Atsumu, membiarkan Atsumu memperdalam ciuman mereka, larut dalam hawa nafsu.

Namun, tiba-tiba terlintas lagi foto tadi di pikirannya. Membuyarkan lamunannya dan mengisi dirinya dengan rasa kesal— rasa sakit hati. Fakta kalau sudah lama sekali terakhir ia berjumpa langsung dengan Sakusa juga tidak membantu kondisinya saat ini, karena mendadak rasa sakit di hatinya juga bercampur dengan rindu.

Teringat pula malam-malam penuh kehangatan yang ia habiskan dengan Sakusa di tempat yang sama, di kamar ini dan di ranjang ini. Maka karena itu, ketika Hinata menurunkan tangannya ke bawah- yang keluar dari mulut Atsumu adalah nama lain.

Omi.

Saat itu juga Hinata menarik tangannya seolah terbakar, bergeser mundur ke belakang. Kalau saja saat itu Atsumu langsung berakting seolah tidak terjadi apa-apa, mungkin hal tadi tidak akan menjadi masalah. Tapi Atsumu sama kagetnya dengan Hinata mendapati nama itu keluar dari mulutnya.

Keduanya saling bertatapan kaget hingga akhirnya Hinata yang duluan memecah keheningan. “Siapa…?”

“Bukan… eh, nggak,” ujar Atsumu terbata-bata, masih tertegun.

Melihat Atsumu tidak bisa menjawab, wajah Hinata yang biasanya penuh keceriaan kini diisi amarah. Ia segera berdiri dan membenarkan pakaiannya.

Dengan tatapan tajam, ia berkata, “Aku pergi dulu… aku gabisa mikir jernih sekarang.”

Dengan itu, Hinata pergi meninggalkan Atsumu sendirian di kamarnya. Mendadak, Atsumu langsung dipenuhi oleh rasa sesal dan takut. Apa yang telah ia lakukan? Kenapa ia mengacaukan hubungan spesial yang akhirnya ia raih, hanya karena patah hati kecil yang sudah berlalu lama?

Disela kepanikannya, ia merasa sangat marah. Bisa-bisanya Sakusa, yang kini sudah tidak memiliki hubungan apa-apa dengan dia, masih mengacaukan hidupnya.